YOGYAKARTA - Meletusnya Gunung Merapi dua pekan lalu berdampak besar pada pendapatan sektor wisata dan perekonomian masyarakat.
Beberapa tukang becak yang biasa mangkal di kawasan Universitas Gajah Mada (UGM) dan Kaliurang mengeluh. Pasalnya sejak sebulan terakhir pendapatan mereka menurun drastis.
Selain wisatawan yang berkunjung ke Yogya berkurang, mahasiswa yang biasa memanfaatkan jasa kendaraan roda tiga ini terpaksa diliburkan oleh Pemda DIY karena kondisi Merapi yang tidak menentu dan banyaknya ruang di kampus yang dijadikan barak pengungsian.
"Sebelum Merapi meletus saya biasa bawa uang Rp50 ribu sehari. Sejak Merapi meletus paling banyak hanya Rp20 ribu," kata seorang tukang becak, Sukardi, yang biasa mangkal di pintu masuk UGM kepada okezone, Jumat (12/11/2010).
Hal yang sama juga dikeluhkan beberapa hotel dan tempat penginapan di Kota Gudeg ini. Tingkat hunian kamar dirasa menurun sejak erupsi Gunung Merapi 26 Nopember 2010 lalu.
"Ya berpengaruh, biasanya kan banyak turis, tapi sekarang lebih banyak yang kosong kamarnya," kata petugas pembersih kamar Wisma Kagama Untoro.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman, Shavitri Nurmala Dewi mengatakan, pihaknya belum melakukan pendataan kerugian sektor wisata akibat letusan Gunung Merapi karena kondisi Merapi masih awas.
"Informasi dari warga yang sempat naik ke Kaliurang, hutan wisata Tlogo Putri kondisinya hangus terkena awan panas," terangnya.
Lebih lanjut Dia mengatakan, kegiatan wisata di luar Kaliurang juga terkena dampak erupsi merapi. "Bandara Adi Sucipto tutup, jumlah pemesanan kamar di hotel dan penginapan juga menurun," pungkasnya.
Beberapa tukang becak yang biasa mangkal di kawasan Universitas Gajah Mada (UGM) dan Kaliurang mengeluh. Pasalnya sejak sebulan terakhir pendapatan mereka menurun drastis.
Selain wisatawan yang berkunjung ke Yogya berkurang, mahasiswa yang biasa memanfaatkan jasa kendaraan roda tiga ini terpaksa diliburkan oleh Pemda DIY karena kondisi Merapi yang tidak menentu dan banyaknya ruang di kampus yang dijadikan barak pengungsian.
"Sebelum Merapi meletus saya biasa bawa uang Rp50 ribu sehari. Sejak Merapi meletus paling banyak hanya Rp20 ribu," kata seorang tukang becak, Sukardi, yang biasa mangkal di pintu masuk UGM kepada okezone, Jumat (12/11/2010).
Hal yang sama juga dikeluhkan beberapa hotel dan tempat penginapan di Kota Gudeg ini. Tingkat hunian kamar dirasa menurun sejak erupsi Gunung Merapi 26 Nopember 2010 lalu.
0 komentar: